It just a short conversation with my friend. I upating my WA's state with : Jika kamu bersedih terhadap fakta yang jelas, itu artinya kamu terlalu banyak berharap. Me : Kenapa hati kami (aku,red) jadi sedih ya, kak? Mungkin karena kami terlalu berharap. Kan bisa dikatakan kami tuh su... (??) Suka? Naksir ? Aku berenti ngomong sambil mikir, iyakah aku suka sama dia? Kayaknya nggak, deh? Naksir? Enggak juga. Apa ya? (Ngelanjutin omongan) Me : lebih tepatnya tertarik kali, kak? Iya tertarik. Setelah ngebahas ini, malah semakin mikir. Iya ya, aku tuh gak suka sama dia. Naksir juga nggak. Terus apa? Tertarik, bisa dibilang nggak juga. Jadi, apa de? Ntahlah, sampai saat ini pun bingung. Tapi, yang paling penting adalah ikhlas ngelepasin.
Flash back ke 2009 lalu, dimana aku ikutan tes SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Kalo jaman sekarang nyebutnya, SBMPTN kali ya. Aku daftar tes IPC karena ambil jurusan yang berbeda dari jurusan SMA. Iyap, Sewaktu SMA aku ambil jurusan IPA karena pengen jadi arsitek. Tapi, di kotaku gak ada jurusan ini dan aku gak dibolehin ke luar kota. Jadi, atas saran dosen yang juga tetanggaku, aku ambil akuntansi aja. Padahal aku sama sekali gak ngerti akuntansi loh. Belajar juga gak pernah. Alhasil, ikut lah aku tes itu. Karena tesnya ada 2, IPA dan IPS, jadi pulangnya lebih lama. Honestly, pertama kali liat soal IPS aku gak tau mau isi apa, apalagi bagian akuntansi. Karena jurnal. Kok gini sih? Hahaha. Singkat cerita, tibalah dimana besok pengumuman peserta yang lulus. Aku duah di wanti-wanti, nanti kalo gak lulus masuk PGTK aja ya. Oke lah. Malamnya, temen aku SMS. Temenku : De, udah lulus? Me : Ha? Lulus apa nih? Bukannya besok ya pengumumannya? Temenku : udah bisa dili